Menilik kembali perjalanan sejarah SMP Bruderan Purworejo sebagai
SMP yang kala itu dibangun dengan kemegahan gedungnya berdasarkan akta
pendirian sekolah tertanggal 1 Agustus 1950 oleh para Bruder Karitas. Akta
tersebut dikeluarkan oleh Kepala Yayasan Pius Pusat, Sr. Anastasia Suminah pada
tanggal 17 Mei 1983. Pada mulanya adalah SMP yang digemari oleh keluarga kaum
menengah ke atas. SMP Bruderan menjadi SMP yang elit tanpa meninggalkan ciri
induknya. Meski digemari oleh kaum tertentu, tetapi tetap menjadi pelopor
berkembangnya 'kekaritasan'. Bukan sekedar karitas dalam konteks fisik,
melainkan membangun kepribadian karitas baik pada siswanya maupun seluruh stake
holdersekolah.
Ketika masa pendudukan Jepang, bidang
pendidikan pada tahun 1942-1945 mengalami masa yang kurang menguntungkan.
Hampir semua sekolah ditutup kecuali penyelenggaraan sekolah dasar.
Penyelenggaraan sekolah hanya dilakukan oleh pemerintah, sedangkan
sekolah-sekolah Katolik tidak dapat berkembang. Semua gedung sekolah milik misi
dipergunakan sebagai asrama clan kepentingan, militer lainnya oleh Tentara
Jepang.
Meski keadaan pada masa itu kurang
menentu, para Bruder Jawa (Bruder Sihing Widi) berhasil membuka kembali sekolah
misi. Usaha para bruder ini kurang mendapat sambutan. Hal ini disebabkan karena
para murid yang sudah pindah ke sekolah negeri tidak mau kembali ke sekolah
misi dengan alasan :
1. Di
sekolah negeri tidak ditarik uang sekolah.
2. Bersekolah
di misi, diartikan masuk Katolik. Itu agama Belanda.
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia,
17 Agustus 1945 membawa angin segar bagi misi pendidikan yang dikelola para
bruder clan suster. Lalu, pada tahun 11948 Bruder Karitas membuka SMP Bruderan
yang berkembang pesat dan mendapatkan status sekolah pool yaitu status sama
dengan sekolah negeri.
Dalam perkembangannya, sekolah-sekolah
yang diselenggarakan para Bruder Karitas ternyata diinstruksikan oleh Superior
Bruder Karitas untuk hanya menerima murid pria saja. Namun lama-kelamaan
sekolah-sekolah para Bruder Karitas juga menerima murid perempuan. Para
Bruder Karitas sampai sekarang terus berkarya di bidang pendidikan di bawah
naungan Yayasan Pius. Yayasan Pius sendiri adalah sebuah yayasan yang dibentuk
oleh Romo de Lange M.S.C., khusus untuk mengurusi masalah pendidikan. Nama
tersebut diambil dari nama Santo Bapa Pius XI yang telah memberkati 3 orang
Romo M.S.C. ketika berangkat ke Jawa. Yayasan tersebut bertugas untuk
mengkoordinasi sekolah-sekolah yang dikelola oleh Bruderan dan Susteran, mengerjakan
administrasi sekolah-sekolah tersebut, menjamin kesejahteraan guru-guru dan
karyawan, meningkatkan mutu pendidikan dan mengadakan komunikasi publikasi
kepada instansi-instansi lainnya.
Perjalanan SMP Bruderan tidak terlepas
dari adanya SMP Susteran Purworejo, sekolah menengah pertama yang dikelola oleh
para suster PBHK di Purworejo. Pada saat itu siswa putra bersekolah di SMP
Bruderan, bertempat di gedung SMP Bruderan saat ini (sisi yang utara) dan
khusus siswa putri bersekolah di SMP Susteran yang saat ini beralih fungsi
menjadi gedung Panti Rini. Gedung SMP Bruderan yang saat ini berdiri megah,
dulunya terdiri dari SMP Bruderan, SD Plaosan, dan SD Karitas. Pada saat itu,
gedung SMP Bruderan sebelah selatan adalah gedung SD Negeri Plaosan (Saat ini SD
N Plaosan berada di sebelah timur Kantor BPN). Selain itu, gedung yang saat ini
berada di sebelah barat pada mulanya adalah lokasi SD Karitas. SD Karitas
sendiri kemudian dipindah di area yang sekarang dipergunakan sebagai Panti
Sahabat Kita (PSK). Setelah SD N Plaosan dan SD Karitas diambil alih oleh SMP
Bruderan, jadilah gedung SMP Bruderan seperti yang saat ini berdiri. Pada tahun
1972, siswa dari SMP Susteran dijadikan satu dengan siswa SMP
Bruderan dan ditempatkan di gedung SMP Bruderan. Mulai saat ini SMP Bruderan
terdiri dari siswa dan siswi. Menginjak tahun 1970-an, SMP Bruderan semakin
diminati oleh sebagian besar masyarakat Purworejo, khususnya masyarakat
Tionghoa yang tinggal di kota Purworejo. Nama harum SMP Bruderan tidak hanya
tercium di Kabupaten Purworejo, namun sampai ke Jakarta, Bogor, Purwokerto,
Semarang, dan daerah lainnya. Hal ini dibuktikan dengan SMP Bruderan yang
terdiri dari 15 kelas paralel (kelas 1 sampai dengan kelas 3) dimana tiap kelas
(rombongan belajar) terdiri dari 42 hingga 45 siswa. Akibat saking banyaknya siswa
yang belajar di SMP Bruderan, ada sebagian siswa yang ditempatkan di gedung
yang sekarang menjadi gedung SMA Bruderan Purworejo.
Saat itu, kualitas SMP Bruderan memang
yang terbaik di Kabupaten Purworejo. Sekolah yang menawarkan budaya kasih
di dalam pendidikannya ini tidak kalah dari sekolah-sekolah I negeri yang
namanya sudah mentereng di lingkup Kabupaten Purworejo. Pada saat itu, SD Maria
yang notabene merupakan sekolah dasar swasta terbaik di Purworejo, memasok
semua siswa SMP Bruderan. SMP Bruderan tidak hanya menawarkan pendidikan
akademik namun juga hal yang berkaitan dengan pendidikan moral clan agama.
Sebagai sekolah misi, SMP Bruderan memiliki tanggung jawab moral dalam
membentuk pribadi siswa yang berkarakter clan disiplin. Kualitas guru sebagai
tenaga pendidik sangat diperhatikan. Sebagai imbasnya, banyak dari lulusan SMP
Bruderan Purworejo yang saat ini menjelma menjadi manusia sukses. Diantaranya
sebagai usahawan, di bidang pemerintahan, tenaga akademik, di bidang medis,
clan lain-lain. Kehebatan SMP Bruderan saat itu ditunjukkan melalui
prestasi-prestasi yang telah diukir, diantaranya dari cabang sepakbola, basket,
kesenian jawa, clan kegiatan kepramukaan. Khusus untuk pramuka, SMP Bruderan
saat itu menjadi poros kegiatan kepanduan di Kabupaten Purworejo. Hal yang
patut dibanggakan dari SMP Bruderan, pada saat itu sekolah ini memiliki seragam
clan tenda pramuka yang terbaik di Kabupaten Purworejo. Seragam clan
tendapramuka tersebut dibawa oleh Br. Aderitus dari Belanda.
Status SMP Bruderan sendiri dalam
perjalanannya mengalami beberapa perkembangan. Salah satunya dalam hal status
kepegawaian guru clan karyawan di sekolah tersebut. Pada tahun 1978, ada
pelantikan guru DPK (Dipekerjakan). Guru DPK merupakan guru yang direkrut oleh
pemerintah (saat ini dikenal dengan istilah PNS) clan dipekerjakan di sekolah
swasta. Istilah lain dari guru DPK adalah guru swasta yang dinegerikan. Sejak
saat itu, SMP Bruderan beralih nama menjadi SMP Bruderan Bersubsidi. Subsidi
yang dimaksud meliputi guru-guru yang disubsidi, subsidi dari luar negeri
(terutama Belgia), clan subsidi pemerintah Indonesia. Lambat laun, banyak dari
guru DPK yang pensiun clan status guru karyawan di SMP Bruderan beralih menjadi
guru atau karyawan yayasan, dalam hal ini Yayasan Pius. Status berganti,
subsidi dari luar negeri pun menjadi dibatasi clan pada akhirnya dihentikan.
Hal ini dikarenakan sekolah swasta dianggap mampu untuk berdiri sendiri tanpa
bantuan dari pihak asing. Sejak saat itu, SMP Bruderan mulai mengalami masafah
keuangan yang semakin serius. Seiring dengan semakin banyaknya sekolah-sekolah
negeri yang menjamur di Purworejo, murid-murid SMP Bruderan pun semakin
menyusut. Hingga saat ini, SMP Bruderan hanya memiliki 10 kelas paralel.
Meskipun SMP Bruderan tidak seperti dulu lagi, namun sekolah ini masih tetap
mempetahankan kekhasan yang dari awal berdirinya sudah dibangun, yaitu sekolah
yang menjunjung tinggi etos kerja karitas clan kedisiplinan. Hal inilah yang
masih menjadikan daya tarik masyarakat Purworejo, terutama para alumni, untuk
menyekolahkan putra-putrinya di SMP Bruderan Purworejo.
Gedung SMP Bruderan yang sederhana, namun
artistik ini memiliki 23 ruang. Terbagi dalam 10 ruang kelas (4 kelas IX, 3
kelas VIII dan 3 kelas VII), ruang musik; ruang peralatan musik, ruang
laboratorim komputer, ruang laboratorium IPA, sanggar pramuka, ruang
laboratorium bahasa, ruang multi media, ruang OSIS, dan ruang perpustakaan
sangat mendukung keberhasilan peserta didik untuk mengembangkan kompetensinya.
Di samping berfungsi sebagai tempat kerja administrasi bagi stake holder ruang
TU, ruang kepala sekolah, ruang Waka, ruang BK, clan ruang guru juga mengambil
peran penting sebagai sarana komunikasi yang bersahabat antara pihak sekolah
dengan peserta didik. Sebagai sarana
penunjang untuk peserta didik yang berasal
dari luar daerah, disediakan pula asrama putra yang berlokasi dijalan K.H.
Ahmad Dahlan No 5 (sebelah timur Panti Sahabat Kita Unit II).
Suasana belajar sejuk, tenang, clan nyaman
jauh dari keramaian ini terletak di Komplek Misionaris Karitas tepatnya di
bilangan 3 Jalan K.H. Wahid Hasyim Purworejo. Ruang Aula yang terletak
persis di tengah sekolah melukiskan bagaimana segala kegiatan penting terpusat
di jantung hati Bruderan, di mana keterbukaan merupakan kunci komunikasi
dialogis untuk memperera persaudaraan.
Di bawah kepemimpinan Kepala Sekolah,
Petrus Sutanto, S.Pd, SMP Bruderan Purworejo terus mengembangkan diri seturut
visinya bersama masyarakat pendidikan memperjuangkan dari menghayati
nilai-nilai luhur kemanusiaan sambil membentuk keunggulan peserta didik yang
memiliki pribadi beriman, cerdas, terampil, clan berbudaya kasih. Dalam
mewujudkan sistem dan iklirn pendidikan yang ideal, SMP Bruderan
berorientasi pada kualitas, baik peserta didik, guru, karyawan, serta
sarana dan prasarananya. Di sekolah yang berlandaskan semangat cinta kasih
ini, siswa diajak untuk mengalami sendiri tentang apa yang mereka
pelajari, berlatih, berusaha, mencoba, dan berkreasi. Bagi guru dan
karyawan, orientasi ini dikembangkan melalui pengelolaan
administrasi pendidikan clan administrasi sekolah dengan menggunakan
sarana komputer. Bertolak dari orientasi ini, diharapkan SMP Bruderan
Purworejo dapat mencetak manusia-manusia unggul yang berkualitas, berbudi
pekerti luhur, dan berdaya guna.